Senin, 10 Mei 2010

Pemberontak Kecil


Hi… Teman! Senang sekali rasanya aku punya banyak teman seperti kalian. Dan aku amat bersyukur, maka jangan sekalipun kau ragukan itu.
Aku tahu… aku tampak menarik untukmu. Wajah tampanku membuat kebanyakan perempuan dari kalian terpikat. Dan aku senang jika kalian terikat.
Banyak sekali hal kucoba. Aku takkan pernah melewatkan satu hal pun yang membuat aku nyaman di dalamnya. Membuat aku punya perhatian di dalamnya. Dan membuat aku sibuk hingga tak punya waktu memikirkan masa dimana aku terlunta-lunta.
Aku senang berkawan dengan siapapun. Aku juga senang membuat kalian ada, karena dengan begitu, aku tahu kalian pun akan membuatku ada. Tak pernah aku ingin membuat kalian berpikir aku tak berharga. Oleh karena itu, takkan pernah pula aku menciptakan hal-hal yang akan membuat kalian kecewa.

Cukuplah hal itu terjadi di masa kecilku. Cukuplah itu terjadi di rumahku. Cukuplah itu… untuk membuatku berpikir cukup untuk mengulangnya. Masa dimana aku tak pernah menjadi aku. “ Si tukang bikin onar”, mungkin itulah aku dulu. Aku benci sekali dengan lingkunganku waktu itu. Semua serba ingin aku menjauh hanya karena aku tak sesuai dengan aturan mereka.

Mungkin kalian akan berkata, “tapi masih ada orang tua yang menyayangimu”. Mungkin untuk ibu memang demikian, namun sayang, aku anak laki-laki Kawan. Anak laki-laki tidak pantas bermanja-manja kepada ibunya. Ayahku? Hah… tak seharusnya kalian bertanya itu. Setiap kulihat wajah ayahku, dia selalu menatapku dengan pandangan menakutkan. Dia tak pernah mau mendengarkanku, dan aku pun ogah mendengarkannya. “Hai Pemberontak Kecil!!!”, seperti itu kiranya pandangan yang ia lontarkan untukku. Dan aku sama sekali tak suka.

Aku selalu merasa tersisih, Kawan. Yah… tersisih di rumahku sendiri. Tak ada yang pedulikan aku. Semua hanya kehendaki aku bertingkah semanis yang mereka rasa. Tapi aku tak mungkin akan lakukannya. Aku suka melihat mereka jengkel dengan membelalakkan mata. Sering sekali aku pancing amarah mereka. Aku suka ketika mereka berpaling padaku dan mengatakan omelan-omelan panjang. Suka sekali ketika mereka menyentuhkan tangan ke kuping kiri dan kananku sambil menyuruhku untuk tidak bandel lagi. Hah… tidak bandel lagi? Sedang bercanda apa mereka? Sepertinya mereka sedang ingin menghilangkan diriku. Ooo… belum tahu apa mereka, apa-apa saja yang bisa aku lakukan. Aku akan dengan senang hati membantah omongan-omongan mereka. Meninggalkan petuah-petuah mereka. Dan aku akan mencari diriku bukan dengan dunia mereka.

Aku tahu bahwa yang berhak menciptakan duniaku adalah aku sendiri. Aku akan mencari tanpa bantuan mereka. Aku sudah bukan si Pemberontak Kecil lagi. Aku sudah dewasa, dan akan kutentukan sendiri semua. Bukankah begitu, Kawan?

Dan dalam pencarianku ini, aku menemukan kalian. Aku suka dengan kalian. Dan takkan pernah kuberi alasan diriku untuk membuat kalian menjauh.

Aku tak perlu kalian dengarkan. Biarkan aku yang mendengarkan. Asal kalian tetap meng”ada”kan aku, itu takkan jadi masalah untukku. Lagipula aku juga tahu, kalian takkan pernah mengerti diriku. Mengerti diriku hanya akan membuat kalian risih. Jadi biarlah semua seperti ini. Biarlah aku tetap asik dengan ke”ada”anku, dan kubiarkan kalian asik dengan keberadaanku. Bagaimana, bukankah dengan begini kita akan sama-sama diuntungkan?

Malang, 6 Maret 2010 (Arira)
Inspired by: org2 yg sudah mau berbagi denganku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar